Header Ads

test

Tak Pernah bercita menjadi Seorang PNS


Diera tahun 80-an, cita cita yang sering ditanyakan oleh orang tua   pada anak anak usia sekolah adalah kamu nanti jika besar jngin jadi apa ?.  Jawaban yg seringkali muncul dari anak anak adalah ingin jadi dokter, PNS, Polisi atau tentara. Namun jawaban itu akan berbeda jika ditanyakan pada  saya saat itu. kamu ingin jadi apa ?, Saya ingin menjadi buruh tani atau tukang becak.

Ternyata Lingkungan dan latar belakang keluarga sangat berpengaruh terhadap cita cita seseorang. Sejak kecil saya terbiasa mencari rumput atau kayu bakar, menjadi pengembala kambing juga pernah saya lalui. 

Saat menunggu kelulusan SMP, saya pernah bekerja di kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo menjadi burih tani. Untuk menuju krian sidoarjo. Saya harus naik sepeda Onthel dari Jombang ke kecamatan krian.

Alhamdulillah, karena NEM saya mendapat peringkat ke-2 di sekolah saya SMP, saya berkesempatan untuk melanjutkan ke jenjang SMA dan diterima di di SMA Negeri Ploso Jombang. Untuk bisa mengenyam pendidikan inipun saya harus berjuang membantu orang tua dan membiayai pendidinakn sendiri mulai kelas 1 semester 2 sampai kelas 3. Ragam pekerjaan saya lalai sambil sekolah, mulai dari jual tahu petis, jual rumput sampai pada Memindahkan pasir dari tanggul ke pinggir jalan.

Karena belajar sambil bekerja itulah, saya menjadi salah satu siswa yang tidak bisa disiplin seperti siswa kebanyakan yg bisa masuk setiap jam pertama berbunyi. Saya bisa dipastikan sering terlambat di jam pertama karena harus bekerja terlebih dahulu. 

Suatu saat, saya pernah jualan rumput dan diketahui oleh guru BK saya. Pernah juga saya tidak masuk sekolah karena dipercaya BOS untuk menjaga orang yang lahi bekerja mikul pasir di pinggiran sungai brantas. Orang yang biasanya datang menggantikan saya tiba tiba tdk muncul saat tiba saya sekolah. Mau saya tinggalkan dan beranhkat sekolah tapi para pekerja keberatan. Ya akhiirnya tdk sekolah deh.. 

Alhamdulillah tahun 1992 saya lulus SMA, dan karena tidak memiliki ketrampilan khusus, saya menerima tawaran dari tetangga yang menjadi Wakil Kepala Sekolah Sarana Prasarana untuk menjadi tukang sapu  atau Pak Bon di SMA Muhammadiyah 1 Gresik.  True story saya bisa dibaca di sini dan ditulis oleh Mas eko Prasetyo.

1. Jadi Pak Bon, Gaji Awal Rp 55 Ribu untuk Beli Arloji

2. Pagi Bersihkan Kelas, Malam Baca Buku 

3. Diremehkan, Mulai Terpikir untuk Kuliah 

4. Pak Bon Kuliah Kagetkan Kampus, Kini Jadi ”Pakar” ICT 

Kesan yang muncul dan teringat sampai sekarang adalah pesan pak Inam kepada saya sebelum saya bekerja di SMA Muhammadiyah 1 Gresik. Saya menjalani menjadi tukang sapu mulai 24 Agustus 1992 sampai Juli 1995. Saya menjalani rutinitas di sekolah dan mengikuti ritme menjadi bagian dari lembaga atau instansi yg Membentuk Manusia Muslim yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, cakap, percaya pada diri sendiri, berdisiplin, bertanggung jawab, cinta tanah air, memajukan serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilan, beramal menuju terwujudnya masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT serta menghasilkan sdm yang handal. 

Karena cita cita mulia itulah, saya saat menjadi pak bon pernah diberikan nasehat oleh Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum akan peran penting pak bon. Pak bon itu diibaratkan pentil pada sepeda, mungkin tidak terlihat perannya. Namun kalau dia tidak ada atau gembos, maka roda sepeda tdak akan bisa berjalan sempurna. 

Oleh karenanya saat menjadi pegawai, saya mengikuti saja apa yang menjadi arahan atau kebutuhan sekolah. Saat kemudian saya diberikan kepercayaan menjadi staf tata usaha bidang sarana prasarana, ya mencobanya dengan baik dan tentunya belajar dan belajar. Saya kuliah jurusan Pendidikan Matematika tahun 1994, Namun karena saya menjadi stafr sarana prasarana sejak 1995, maka saat sekolah membutuhkan guru pengganti untuk ekstra pendidikan komputer di tahun 1996, maka saya diberikan amanah untuk menjadi guru penggantinya

No comments