Header Ads

test

KEPALA DINAS PENDIDIKAN BETAH DI ACARA IGI 

Hari Ahad (21/2) saya menghadiri seminar literasi yang digagas IGI Bojonegoro, dengan nara sumber Mas Satria Dharma, tokoh pendiri IGI. Acara diadakan di SMPN 1 Bojonegoro. Mas Ufar Ismail, ketua IGI Bojonegoro adalah juga kepala sekolah di sekolah yang dulunya RSBI ini.  Panitia menyodorkan run down acara. Sambutan ketua panitia, disambung pengarahan kepala dinas pendidikan sekaligus membuka seminar, baru setelah itu saya diminta “pamer” IGI. Maksudnya sosialisasi apa dan mengapa IGI. Kebetulan, peserta seminar memang mayoritas belum tahu IGI.

“Saya bersedia memberi presentasi pengenalan IGI, tapi bisakah susunannya dibalik?", saya usul. "Sesi kepala dinas itu setelah saya presentasi".

“Tapi, itu susunan acara yang tidak biasa”, jawab panitia.

“Saya sudah melakukannya di banyak tempat, sebelum ini. Alhamdulillah responnya baik. Dengan cara itulah kepala dinas akan mendengarkan penjelasan tentang IGI. Langsung dari kita sendiri. Lalu, kita dengar apa tanggapan beliau saat memberi sambutan nanti”. Saya mencoba menjelaskan alasannya. “Lagi pula, kalau kepala dinas mau membuka kegiatan, beliau perlu tahu dulu kegiatan apa yang akan dibukanya”.

Panitia setuju. Dan begitulah akhirnya. Saya mulai mempresentasikan IGI. Mengapa perlu ada IGI, apa yang sudah dilakukan selama ini, bagaimana programnya bisa bekerja untuk guru, dan tentu saja harapannya jika IGI hadir dan membantu guru-guru Bojonegoro.

Pak Hanafi, kepala dinas pendidikan Kabupaten Bojonegoro, menyimak presentasi singkat saya, sekitar 20 menitan itu. Lalu, giliran beliau memberikan sambutan.

Isinya?

Seperti pejabat dinas pendidikan lain sebelumnya, inilah kali pertama beliau mendengarkan paparan tentang IGI. Pak Hanafi dalam sambutannya menyampaikan guru Bojonegoro saat UKG lalu banyak yang nilainya di bawah target 5,5 dan untuk itu diperlukan upaya sungguh-sungguh untuk meningkatkan mutu guru. Hadirnya IGI bisa menjadi jawaban masalah ini. Karena pekerjaan meningkatkan mutu guru tidak mungkin dilakukan sendirian oleh dinas pendidikan.

“Pak Ufar”, mendadak beliau menoleh pada ketua IGI Bojonegoro. “Saya kerasan di acara IGI. Saya senang ini. Biarlah nanti saya ketinggalan pesawat ke Jakarta. Nggak apa-apa itu. Saya masih kerasan di sini”.

Pas hari itu memang ada pembukaan acara Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan (RNPK) 2016 yang diadakan Kemdikbud di Jakarta, dan tentu saja sebagai kepala dinas pendidikan nama beliau ada dalam daftar undangan. Tapi, kalau kemudian gara-gara “tertahan” di acara IGI ini, lalu beliau telat berangkat ke Jakarta, itu apresiasi yang luar biasa untuk IGI. Panitia menginformasikan, pak kepala dinas sampai menelpon stafnya untuk berangkat ke Jakarta lebih dulu, karena beliau masih ada agenda lain.

Sebenarnya, ini bukan kali pertama saya bertemu kepala dinas pendidikan yang sangat antusias menyambut pembukaan IGI di kotanya. Saya menduga, kalau ada laporan dinas pendidikan merespon miring keberadaan IGI, biasanya itu hanya karena yang bersangkutan belum benar-benar mengerti tentang IGI. Atau telah mendengarnya tapi dari orang lain, yang sepotong-potong.

Karena itu, teman-teman anggota dan pengurus IGI, jalinlah komunikasi dengan pejabat dinas pendidikan atau kemenag. Keberadaan guru itu di bawah mereka. Tanggung jawab pembinaan juga menjadi domain mereka. Jadi, hadirnya IGI demi memperjuangkan peningkatan mutu guru –yang sebenarnya tugas dinas pendidikan atau kemenag— mestinya merupakan tawaran simpatik yang harus diterima dengan tangan terbuka. Apalagi untuk melakukan pekerjaan ini semua, IGI tidak meminta anggaran.

Surabaya, 25 Februari 2016
Mohammad Ihsan

Keterangan foto dari kiri: Satria Dharma (Mantan Ketua Umum IGI), Ufar Ismail (Ketua IGI Bojonegoro), Hanafi (Kepala Dinas Pendidikan Bojonegoro), Mohammad Ihsan (Ketua Dewan Pembina IGI Pusat), Mustofa (Pengurus IGI Bojonegoro).

sumber :https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10209165925684759&set=a.2036713236976.123689.1218593653&type=3&theater 

No comments