Header Ads

test

MENGAPA IGI BERSERAGAM BAJU PUTIH?

Seorang teman menyampaikan komplain, lebih tepat kritikan keras pengurus organisasi lain tentang seragam IGI. Katanya, keputusan IGI memakai seragam baju berwarna putih adalah demi (maaf) menjilat penguasa. 

What? 

Saya baru mendengar itu. Tapi juga tidak kaget karenanya.
Pertama, warna logo IGI dari sononya memang didesain untuk background putih. Maka, kaos seperti yang saya kenakan ini, maupun model baju putih berlogo IGI yang sekarang banyak dipakai pengurus IGI, sudah diproduksi jauh sebelum pemerintahan Jokowi dilantik. Jadi, kalau dikatakan menjilat, kok rasanya gimana gitu smile emotikon

Kedua, memang sempat ada ide membuat seragam batik, seperti seragam organisasi lain. Tapi, kami merasa kesulitannya sangat banyak dan tidak mudah dipecahkan.

Kami pengurus pusat harus memproduksi dulu kain batik seragam itu. Jumlahnya harus sangat banyak agar ongkos produksinya murah sekali.

Dana untuk itu bisa saja dicari. Tapi, bagaimana distribusinya ke seluruh anggota?

Harus menerima sejumlah pesanan. Menunggu transferan pembelian kain. Lalu kirim kain ke seantero negeri. Di mana ada perwakilan IGI, kalau pengurus dan anggota mau punya seragam, maka pengurus pusat harus melayaninya. Itu tidak mudah.

Akhirnya kami putuskan yang termudah dan tercepat. Seragam IGI pakai saja baju putih yang semua guru bisa dikatakan sudah punya. Kalaupun belum punya, pengadaannya pun sangat mudah. Tinggal beli di mana saja. Lalu bordir logonya. Selesai sudah.

Dan itulah keputusan yang akhirnya kami ambil. Simple. Sederhana. Murah. Dan yang terhebat, bisa diberlakukan sangat cepat.

Kami tak menjilat siapa pun. Kami hanya tak mau repot bisnis kain seragam, meski berpotensi untung dari jualan kain smile emotikon

Saya kepikiran nulis ini, ketika melihat foto saya di Lembang sore ini pakai baju IGI. Sekaligus menjawab kritikan yang disampaikan ke saya, dua hari lalu, di Surabaya.

Lembang, 12 Februari 2016.

Mohammad Ihsan,
Ketua Dewan Pembina

No comments