Header Ads

test

Rinduku pada sahabat Karib

Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1429 H atau yang bertepatan pada tanggal 1 Oktober 2008 adalah moment yang sangat luar biasa. Disamping bisa bertemu dan bersilarurrahim dengan keluarga besarku yang ada Jombang, ada beberapa peristiwa yang sangat mengejutkan dan membahagiakanku. Kusadari semua bahwa segala rencana memang milik kita dan Allahlah yang akan menentukan.
Bermula pada saat menjelang pulang kampung, aku bercerita pada istriku kejadian yang sangat luar biasa pada perjalanan hidupku pada 18 tahun silam, yaitu suatu hari dengan sahabat karibku yang masih duduk di Bangku SMP ini harus lari dari rumah karena orang tuanya marah – marah sambil membawa parang, usut punya usut ternyata ada masalah yang disampaikan oleh ibu tiri dari sahabatku sebut saja Mudhofir namanya yang membuat amarah dari orang tuanya memuncak.
Sebagai teman karib, aku mencoba untuk keluar rumah dengan memakai sepeda, tidak ada tujuan yang jelas dan pasti namun harus jauh. Tujuan Awal ke Sambong Dukuh Jombang, namun setelah sampai di Terminal Jombang, aku masih ragu karena lokasinya hanya 20 Km dan masih bisa ditempuh dengan mudah. Saat itulah saya punya inspirasi kenapa tidak ke Kediri saja ke Orang Tuaku sendiri karena dari kecil juga aku belum tahu rumah Bapakku sendiri. Aku kecil hidup bersama dengan Ibu dan Bapak Tiri dan kebalikan dan sahabatku yang ikut Ibu tiri dan Bapaknya Sendiri.
Keputusan untuk berangkat ke Kediri kulakukan, namun kediri dimana aku juga belum tahu, kutanya ke Terminal ternyata harus melalui Pare dulu baru ke kediri. Mengingat kendaraan yang ada hanya ke pare, maka ke pare dengan menggunakan Mobil L300 dengan sepeda berada diatas, sedangkan perjalanan ke Kediri kulakukan dengan Mudhofir memakai sepeda. Ku telusuri jalan dengan menghitung tanda Km ke ke Kediri. Berbekal uang saku yang minim Akhirnya Allah mempertemukanku dengan orang Tuaku yang ada di Desa Burengan Kediri.
Dari kisah perjalananku itulah istriku ingin mengetahui wajah dari sahabatku tadi. Setelah Aku sampai di rumah tanggal 29 September 2008, kau menaham keinginanku untuk bertemu dengan sahabatku karena aku masih capek dan anakku nangis terus karena masih hari pertama. Pada Tanggal 30 Oktober 2008, aku mencoba untuk mengantar istriku ke desa tempat tinggal Mudhofir yaitu di daerah Juwet Tembelang Jombang. Perjalanan kulakukan sore hari sambil menunngu berbuka puasa hari terakhir. Sesampai di Rumah yang ku tuju, ternyata yang kucari sudah tidak ada, karena sudah berkeluarga di daerah yang agak jauh dari Juwet. Namun aku masih bisa bertemu dengan ibu dan aya tirinya Mudhofir. Sebelum Pulang aku mencoba untuk menitipkan pesan agar Mudhofir bisa ke pojok kulon tempat kelahiranku.
Kemudian aku pulang, diperjalanan aku mengajak istriku untuk melewati daerahnya Riyan ”Jagal” dari Jombang. Ketepatan rumahku tak Jauh darinya karena masih desa tetangga namun beda kecamatan Rumah yang dulunya ramai dengan pengunjung saat lagi heboh beritanya, namun sekarang sudah dipagari dengan bambu mengelilingi rumahnya.
Yang membuat aku terkejut di dusun Wates Desa Jatiwates kecamatan Tembelang adalah disepanjang jalan yang kulihat dan ku dengan adalah persiapan Takbiran dengan sound yang lengkap dengan lagu lagu islami, namun ada salah satu masjid yang lagunya bukan lagu islami tapi lagu dangdutan ala konsernya kelompok dangdut PALAPA. Walaupun aku suka lagu dangdung tapi mengapa kok tempatnya di masjid. Itu yang jadi renunganku di sepanjang perjalanan.
Dihari Pertama Idul Fitri, keluarga berkumpul dan Alhamdulillah bisa saling memaafkan, namun yang luar bisa adalah dimalam hari, kerinduanku pada temanku terobati dengan dia hadir bersama istri dan 2 anaknya. Ku jabat dia erat dan ku peluk dia seakan rindu ini berat sekali dan lega rasanya. Istriku juga sudah terobati rasa penasarannya.. Semoga Allah masih memberikan kesempatan untuk bertemu kembali dengan sahabatku.

No comments